Sejarah Pemberontakan DI/TII di Indonesia Lengkap
Pemberontakan DI/TII di Indonesia

Sejarah Pemberontakan DI/TII di Indonesia Lengkap

Posted on

Sejarah Pemberontakan DI/TII di Indonesia Lengkap – Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia pernah terjadi pemberontakan. Pemberontakan ini dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pemberontakan tersebut terjadi diberbagai wilayah Indonesia. Salah satunya ialah pemberontakan DI/TII.

Pada dasarnya Tentara Islam Indonesia (TII) sering dinamakan dengan Darul Islam (DI). DI/TII ialah suatu gerakan politik yang berlokasi di desa sekitar Tasikmalaya dan didirikan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada tanggal 7 Agustus 1949. Selain itu adapula proklamasi dari NII saat Belanda membuat Negara Pasundan yang dipimpin oleh Raden Aria Adipati Wiranatakoesoema. Berdirinya DI/TII menjadi awal pemberontakan di Indonesia setelah merdeka. Lantas bagaimana sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia itu? Seperti yang telah kita ketahui bahwa setelah kemerdekaan Indonesia masih terjadi banyak sekali pemberontakan pemberontakan.

Bentuk Pemberontakan DI/TII di Berbagai Daerah Indonesia

Pemberontakan di Indonesia setelah merdeka terdiri dari berbagai macam pemberontakan seperti pemberontakan DI/TII, pemberontakan APRA, pemberontakan PRRI/Permesta dan sebagainya. Masing masing pemberontakan memiliki latar belakang sejarah dan penanganan yang berbeda beda. Bentuk penangangan atas pemberontakan tersebut merupakan usaha untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan tentang sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia lengkap. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak di bawah ini.

Sejarah Pemberontakan DI/TII di Indonesia Lengkap

Hal pertama yang akan saya bahas dalam sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia ialah latar belakang dari pemberontakan tersebut. Dikala itu terdapat tujuan gerakan NII yaitu membuat Republik Indonesia menjadi suatu negara yang memiliki dasar negara berupa agama Islam. Ketika proklamasi Indonesia tersebut juga dituliskan bahwa hukum yang berlaku ialah hukum Islam. Kemudian hukum tertingginya berupa Hadist dan Al Qur’an. NII (Negara Islam Indonesia) diproklamasikan dengan tegas bahwa negara memiliki kewajiban untuk membentuk Undang Undang sesuai dengan syariat Islam serta menolak adanya ideologi yang bukan berasal dari Hadist dan Al Qur’an dengan keras. Mereka menyebutnya sebagai suatu hal yang kafir.

Dalam sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia dijelaskan bahwa NII terus berkembang sampai ke beberapa wilayah yang menyebar di Indonesia. Terutama di wilayah Jawa Tengah, Aceh, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan. Kemudian pada tahun 1962 terdapat eksekusi dari Sekarmadji setelah TNI menangkapnya sehingga terdapat perpecahan dalam gerakan Darul Islam tersebut. Meski begitu pemberontakan DI/TII terus berlanjut walaupun di Indonesia menganggap gerakan tersebut ilegal. Pemberontakan ini terjadi di Jawa Barat Indonesia secara diam diam. Lalu Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo memberikan pengumuman di Kabupaten Tasikmalaya pada tanggal 7 Agustus 1949 yang menyatakan bahwa di Indonesia telah berdiri Negara Islam Indonesia atau NII. Gerakan ini dinamakan dengan Darus Islam dan Tentara Islam Indonesia menjadi para tentaranya.

Dalam sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia terdapat penjelaskan bahwa gerakan ini dibentuk ketika Pasukan Siliwangi meninggalkan Provinsi Jawa Barat karena hijrah menuju Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kepergian Pasukan Siliwangi ini bertujuan untuk melakukan perundingan Renville. Gerakan dari kelompok DI/TII lebih leluasa saat terjadi perpindahan Pasukan Siliwangi. Adapun beberapa gerakan DI/TII yang dilakukan seperti menyiksa penduduk, merusak rumah penduduk, merampas harta penduduk, membakar rumah penduduk, dan membongkar jalan kereta api di daerah tersebut. Namun pasukan Siliwangi dapat menghadapi kelompok DI/TII karena mereka telah kembali ke Jawa Barat sesuai dengan jadwal yang dibuat sebelumnya.

Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat

Dalam sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia terdapat penjelasan bahwa pemberontakan ini terjadi di berbagai wilayah di dalamnya. Salah satunya ialah di Jawa Barat. Latar belakang pemberontakan DI/TII di Jawa Barat didasarkan pada pemproklamasian DI/TII oleh Sekarmadji  pada tanggal 7 Agustus 1949. Selain itu Sekarmadji juga menyatakan bahwa NII secara resmi berdiri dengan landasan Kanus Azasi. Kemudian pemberontakan DI/TII pertama kali terjadi ketika Pasukan Siliwangi berhijrah pada tanggal 25 Januari 1949 sehingga terjadi kontak senjata antara TNI dengan DI/TII. DI/TII memperoleh bantuan dari Tentara Belanda selama peperangan terjadi sehingga membuat semakin sengit peperangan tersebut.

Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat ini menimbulkan rakyat Jawa Barat menderika karena DI/TII memberikan terornya secara terus menerus. Selain itu warga juga diancam, bahkan harta benda warga juga dirampas oleh pasukan tersebut demi kebutuhan hidup mereka tercukupi.

Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah

Dalam sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia juga terjadi di daerah Jawa Tengah. Di Jawa Tengah sendiri terdapat pemberontakan DI/TII sejak Amir Fatah memimpin majelis Islam disana. Majelis Islam tersebut berdiri pada tahun 1946 oleh Komandan Laskar Hizbullah yang bertempat tinggal di Brebes Tegal dan bergabung dengan pasukan Battalion 52 TNI. Jumlah pengikut yang dimiliki oleh Amir Fatah cukup banyak sehingga organisasi Darul Islam dapat diproklamasikan olehnya pada tanggal 23 Agustus 1949 di Desa Pesanggrahan Tegal, Jawa Tengah. Kemudian gerakan yang dipimpin oleh Amir Fatah digabungkan dengan organisasi DI/TII Jawa Barat setelah pelaksanaan proklamasi tersebut. Di Jawa Barat sendiri terdapat organisasi DI/TII yang diketuai oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.

Menurut sejarah pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah juga memiliki organisasi yang didirikan oleh Kyai Mohamad Mahfud Abdurrahman dengan nama AUI (Angkatan Umat Islam) di Kebumen. Tujuan pembentukan organisasi tersebut ialah untuk menciptakan NII atau Negara Islam Indonesia dan melakukan hubungan persekutuan dengan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Namun pihak TNI melakukan desakan kepada gerakan tersebut. Meski begitu organisasi ini dapat menjadi kuat dan bangkit lagi pada tahun 1952 setelah terjadi pemberontakan Battalion 423 di Magelang dan pemberontakan Battalion 426 di Kudus. Pemerintah mendirikan organisasi GBN dan pasukan Benteng Raiders sebagai upaya penumpasan pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Kemudian upaya penghancuran kelompok DI/TII dilakukan melalui operasi Guntur pada tahun 1954.

Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan

Kalimantan Selatan juga menjadi salah satu daerah dalam sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia. Pemberontakan KRYT (Kesatuan Rakyat Yang Tertindas) berlangsung pada bulan Oktober 1950. Ibnu Hajar selaku letnan dua TNI memimpin sebuah gerakan KRYT tersebut. Kemudian dirinya bersama kelompok KRYT menyatakan bergabung dengan organisasi DI/TII di Jawa Barat. Kelompok tersebut memiliki sasaran utama yaitu pos TNI yang berada di wilayah tersebut. Kemudian terdapat penyerahan diri oleh seorang mantan Letnan Ibnu Hajar setelah diberikan kesempatan oleh pemerintah agar pemberontakan itu dihentikan secara baik baik. Namun penyerahan diri tersebut digunakan sebagai topeng perampasan peralatan TNI semata. Lalu Ibnu Hajar melarikan diri setelah merampas peralatan TNI dan kembali bersekutu dengan DI/TII.

Kemudian Gerakan Operasi Militer (GOM) diadakan oleh pemerintah Republik Indonesia yang bertempat di Kalimantan Selatan. Hal ini dilakukan agar pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dapat diberantas. Kemudian Ibnu Hajar dapat diringkus pada tahun 1959 dan pada tanggal 22 Maret 1965 diberikan hukuman mati.

Pemberontakan DI/TII di Aceh

Aceh juga menjadi salah satu daerah dalam sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia. Umat Islam kelompok alim ulama yang berhubungan dengan organisasi Persatuan Seluruh Ulama Aceh (PUSA) berkonflik dengan Aceh setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Di kala itu kepala adatnya dijabat oleh Tengku Daud Beureuh. Sejak Desemper 1945 – Februari 1946 memang terjadi perang saudara antara kedua kelompok karena konflik tersebut. Namun masalah ini dapat ditanggulangi dengan cara pemberian status Daerah Istimewa oleh Pemerintah RI kepada provinsi Aceh dan pengangkatan Daud Beureuh sebagai Gubernur atau Pemimpinnya.

Pada bulan Agustus 1950, pemerintah RI menyelenggarakan sistem penyederhanaan administrasi pemerintahan setelah membentuk NKRI sehingga terjadi penurunan status di beberapa daerah Indonesia. Aceh merupakan salah satu daerah yang terjangkiti penurunan tersebut. Aceh dikuasai oleh Provinsi Sumatera Utara dan menjadi daerah karesidenan setelah dimulainya penyederhanaan tersebut, meskipun sebelumnya jabatan Aceh ialah Daerah Istimewa. Pada akhirnya Daud Beurehu menjadi kecewa atas kejadian itu dan pada tangal 20 September 1953 melakukan persekutuan dengan NII. Setelah NII bersekutu dengan Daud Beureuh, kemudian kota Aceh ingin dikuasai oleh mereka melalui operasi tertentu. Pada akhirnya pemerintah RI dapat diperkeruh citranya melalui propaganda yang dilakukan oleh mereka.

Dalam sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia juga terdapat upaya pemerintah untuk mengatasi pemberontakan Daud Beureuh bersama Sekarmadji (pimpinan NII) melalui operasi militer dan kekuatan senjata TNI. Setelah operasi tersebut dilakukan oleh pemerintah RI, kemudian dibeberapa kota mulai hilang kelompok DI/TII nya. Penduduk setempat itu mulai diberikan pencerahan oleh TNI dalam pengembalian kepercayaan dan penyingkiran kesalahpahaman terhadap pemerintah RI. Lalu diadakan musyawarah kerukunan Rakyat Aceh oleh kolonel M.Jasin selaku Prakasa Panglima Kodami Iskandar Muda pada tanggal 17 – 28 Desember 1962. Dengan musyawarah tersebut keamanan Aceh dapat dipulihkan karena para tokoh masyarakat Aceh juga mendukung terjadinya musyawarah tadi.

Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan juga menjadi salah satu daerah dalam sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia. Kahar Muzakar adalah pimpinan pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan. Sejak tahun 1951, organisasi ini telah didirikan dan pada tahun 1965 dapat diruntuhkan oleh pemerintah. Organisasi ini dapat diberantas dengan biaya, wakktu dan tenaga yang banyak karena medannya memiliki kondisi yang cukup sulit. Meski begitu kawasan tersebut dapat dikuasai oleh kelompok DI/TII. Lalu pada tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakar dapat ditangkap melalui operasi penumpasan DI/TII yang dilakukan oleh pemerintah RI bersama anggota TNI.

Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TII

Setelah membahas tentang sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia. Selanjutnya saya akan menjelaskan tentang cara mengatasi pemberontakan DI/TII. Pemberontakan tersebut dapat diatasi oleh pemeritah dalam waktu yang cukup lama dikarenakan beberapa faktor seperti di bawah ini:
  • DI/TII memiliki tempat tinggal yang terletak di pegunungan sehingga mendukung adanya gerilya yang dilakukan oleh organisasi tersebut.
  • Gerakan pasukan Sekarmadji di lingkungan penduduk sekitar dapat dilakukan dengan lebih leluasa.
  • Belanda memberikan bantuan terhadap pasukan DI/TII seperti para pendukung Negara Pasundan dan pemilik perkebunan.
  • Dikala itu tidak ada konsistensi dalam suasana politik serta beberapa golongan partai politik melakukan tindakan yang mempersulit usaha perbaikan keamanan.

Upaya penumpasan pemberontakan DI/TII dilakukan TNI atas utusan pemerintah agar kelompok tersebut dapat diringkus. Kemudian rakyat melakukan kerja sama dengan Pasukan Siliwangi pada tahun 1960 untuk menjalankan operasi Pagar Betis dan Baratayuda. Operasi tersebut ditujukan untuk peruntuhan dan penumpasan organisasi tersebut. Dalam operasi Baratayuda yang dilakukan oleh Pasukan Siliwangi terjadi penangkapan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo beserta para pengawalnya pada tanggal 5 Juni 1962 di Gunung Geber Majalaya. Kemudian Mahkamah Angkatan Darat memberikan hukuman mati kepada Sekarmadji setelah sebelumnya dapat ditangkap oleh TNI. Kemudian pemberontakan DI/TII dapat dimusnahkan setelah meninggalnya Sekarmadji .

Apakah anda sudah paham mengenai sejarah pemberontakan DI/TII tersebut? Seperti yang kita tahu bahwa pemberontakan ini tentunya sangat berdampak pada keutuhan bangsa Indonesia. Dampak pemberontakan DI/TII tersebut adalah memecah belas integrasi dari bangsa Indonesia dan menghasut rakyat supaya tidak percaya dengan pemerintahan lagi melalui unsur agama Islam.

Sekian penjelasan mengenai sejarah pemberontakan DI/TII di Indonesia lengkap. Semua pemberontakan tersebut dapat dihalau oleh TNI. Kemudian keberagaman budaya dan suku mulai terbentuk di Indonesia serta beberapa kepercayaan dilindungi oleh UUD 1945 sehingga dasar negara Indonesia tidak berasal dari hukum agama lagi. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan terima kasih telah berkunjung di blog ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *